Sejumlah 19 orang mahasiswa Institute of Geography Innsbruck University, Austria melakukan kuliah lapangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kuliah lapangan diselenggarakan di wilayah kepesisiran Parangtritis, Kabupaten Bantul pada Kamis (7/7) dan di kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi, Kabupaten Sleman pada Jumat (8/7). Di bawah bimbingan Dr.rer.nat. Christian Obermayr dan Dr.rer.nat. Robert Hafner, mahasiswa didampingi oleh dosen Fakultas Geografi Utia Suarma, M.Sc. dan Dr.rer.nat. Muhammad Anggri Setiawan yang sekaligus berperan sebagai kepala PSBA.
Pada hari pertama sesi pagi, mahasiswa mengunjungi sempadan Sungai Code. Bapak Totok Pratopo selaku tokoh masyarakat kampung Code memberikan informasi penataan sempadan Code sehingga dapat menstimulasi peluang penelitian geografi manusia di kampung tersebut. Sesi kedua setelah istirahat dilanjutkan dengan kunjungan mahasiswa ke wilayah kepesisiran Parangtritis, yaitu museum gumuk pasir Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP), pantai, dan gumuk pasir. Mahasiswa mendapatkan informasi seputar gumuk pasir dari PGSP, ditambah dengan sejumlah fitur museum yang memperkaya pengetahuan kelautan dan pemetaan. Mahasiswa juga mendapatkan penjelasan sekilas kondisi fisik dan sosial-ekonomi Parangtritis dari kepala PSBA, bahwa masyarakat telah hidup berdampingan dengan ancaman bencana kepesisiran. Bentanglahan gumuk pasir diperkenalkan sebagai salah satu peredam ancaman bencana kepesisiran, yang terbentuk oleh penghalang morfologi bukit karst di sisi timur laut, material berukuran pasir yang disuplai dari proses fluvial Sungai Opak hingga proses marin Samudra Hindia, yang kembali terangkut ke daratan oleh proses aeolian.
Pada hari kedua, mahasiswa mengunjungi Museum Gunungapi Merapi dan melakukan eksplorasi dengan Jeep Lava Tour. Beberapa informasi yang diperoleh dari museum adalah perkembangan pergerakan lempeng di dunia, persebaran gunungapi di Indonesia, dan seluk-beluk Merapi mulai dari citra foto, peta kawasan rawan bencana, dokumentasi kejadian bencana erupsi, benda-benda peninggalan erupsi, material erupsi, hingga cerita rakyat. Kepala PSBA menambahkan bahwa Jeep Lava Tour yang dinikmati mahasiswa adalah salah satu jasa ekosistem pariwisata pada bentanglahan Gunungapi Merapi. Jasa ekosistem lainnya seperti penyediaan, terutama bahan galian, menjadi potensi bagi masyarakat lokal dna luar untuk memenuhi kebutuhan. Masyarakat sendiri telah memiliki kearifan lokal yang jika dijunjung tinggi dengan menerapkan penataan ruang berbasis pengurangan risiko bencana, dapat menekan jumlah korban erupsi Merapi.
Penulis : Noviyanti
Foto : Fannya