Kilas Balik Pembangunan Pasca Gempabumi Yogyakarta-Jawa tengah 2006; Mengembalikan Roh Kebudayaan Jawa Dalam Pembangunan Modern, Sebuah Upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Kearifan Lokal (25 Mei 2016)
Narasumber: Prof.Dr. Sunarto, MS.1, Ir. Gatot Saptadi 2, Aris Sustiyono 3
Dalam sarasehan yang dilakukan PSBA UGM dalam memperingati 10 tahun gempabumi DIY dan Jateng Dr Djati Mardiatno (Kepala PSBA UGM) mengatakan bahwa kearifan local merupakan factor utama dalam keberhasilan pemulihan (Rehab-Rekon)kembali Pasca Gempa bumi 27 Mei 2006 yanglalu. Dibandingkan dengan penanganan pemulihan bencana besar yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, DIY hanya memerlukan dalam kurun waktu 2 tahun kehidupan dan penghidupan masyarakat korban gempa khususnya di Kabupaten Bantul kembali normal lagi, bahkan bencana tersebut tersebut menjadi momen penting awal menggeliatnya pembangunan dan pertumbuhan perekonomian warga meningkat secara signifikan.
Falsafah Jawa “ Memayu Hayuning Bawono” sangat relevan sebagai konsep kearifan local dalam pelaksanaan Pengurangan Risiko Bencana. PRB adalah berbagai upaya untuk meningkatkan Kapasitas masyarakat ataupun sumberdaya laiinya, menekan kerentanan sehingga ancaman bencana mempunyai risiko yang kecil. Menurut Prof. Dr. Sunarto, M.S. , dalam menjalankan “Memayu Hayuning Bawono” harus memadukan daya pikir dan daya rasa/hati. Daya pikir aktualisasinya dalam pembangunan harus didukung data-data lapangan yang akurat dan nyata. Sedangkan daya rasa/hati adalah proses pemikiran yang didasari rasa/hati untuk terciptanya keputusan yang bijaksana dalam upaya PRB yang arif dan bijaksana untuk kemashalatan masyarakat ataupun lembaga/instansi/ stakeholder terkait. Arif Sustiyono mengatakan pada era kekinian pembangunan dan arus informasi modern yang marak di DIY merupakan ancaman serius terhadap kearifan local yang sudah melekat di masyarakat. Dikhawatirkan semangat kegotongroyongan yang sudah baik selama ini akan memudar sehingga masyarakat menjadi individualis hilang rasa kebersamaan, toleransi, dan saling peduli sesamanya. Ir. Gatot Saptadi menguatkan bahwa keberhasilan pemulihan pada tahap pasca bencana gempabumi 2006 yang lalu sangat ditentukan oleh factor social budaya masyarakat, sehingga bentuk kearifan local ini merupakan keunggulan DIY sudah sepatutnya dicontoh dunia nasional/internasional sebagai modal besar dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana dissat ini maupun mendatang.
1 : Guru Besar Fakultas Geografi UGM; 2 : Kepala BPBD Prov. DIY; 3 : FPRB Prov. DIY