Agenda bertajuk “The Marketplace: Inovasi dan Industrialisasi Peralatan Kebencanaan” diadakan oleh Sekolah Vokasi UGM yang bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Agenda tersebut bertema kebencanaan dalam perlindungan pada masyarakat yang diadakan tanggal 20-21 Mei 2024 di Gedung Teaching Industry Learning Center (TILC) Sekolah Vokasi UGM. The Marketplace diisi dengan pameran dan presentasi alat kebencanaan pada Senin (20/5) yang diikuti oleh 9 peserta. Peserta tersebut memajang sebanyak 18 karya yang telah terpilih melalui seleksi oleh Dewan Kurator BNPB berdasarkan kriteria di antaranya kemungkinan untuk dipatenkan, dibutuhkan oleh masyarakat, dapat diproduksi dalam negeri, serta sudah ada mitra industri atau berpeluang diminati oleh mitra industri. Peserta yang terpilih tersebut di antaranya adalah Pusat Studi Bencana UGM, Sekolah Vokasi UGM, Universitas Negeri Semarang, Universitas Indonesia, SPMKB (Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Ketangguhan Bencana) UII, Peduli-UII, Puslit MKPI ITS Surabaya, Pusat Unggulan dan Inovasi Teknologi Mitigasi Kebencanaan (GAMA-InaTEK), PT Dua Empat Tujuh (Solusi247), dan Centre of Disaster Risk Management and Sustainable Development Studies-UKDW. PSBA berkesempatan memamerkan empat alat kebencanaan, yaitu ALPARIS , DENILO 2.2, DENIJI, SIPENDIL, WATERMOON. PSBA diwakili Sulkhan Nurokhman, S.Si. untuk mempresentasikan produk alat kebencanaan di hadapan Kementerian & Lembaga terkait, Industri, BNPB, BPBD, serta NGO yang aktif dalam membangun kerjasama penghiliran alat kebencanaan.
Turut hadir dalam acara tersebut, Profesor Riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo, M.Sc., dan Guru Besar Kebencanaan sekaligus mantan Kepala BNPB (2008-2015), Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Si dalam kuliah umum (21/5). Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo, M.Sc. menjelaskan mengenai kondisi geografis Indonesia yang menyebabkan kerawanan bencana. Posisi dan komponen pembentuk kondisi geografis di Indonesia mengikuti pola geotektonik yang unik sehingga memiliki potensi sumberdaya alam dan kebencanaan. Dengan demikian, perlu adanya proses mitigasi yang terus menerus dilaksanakan.
“Mitigasi dan persiapan harus terus menurus dilakukan, ada dan tidak ada bencana, mitigasi harus dilakukan, agar kita Tangguh tahun 2045, terus mitigasi dan persiapan, kampus seperti Gadjah Mada yang melakukan riset dan kajian adalah mitigasi, disiapkan latihan untuk tanggap darurat. Melihat kondisi Indonesia kini, kita harus ada persiapan, tapi di balik itu, karena kondisi tektonik ini, kita kaya sekali, pupuk organik setelah gunungapi meletus bisa dimanfaatkan, cuman yang untung harusnya menyisihkan sedikit untuk dana kebencanaan, kata Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo, M.Sc.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Si menjelaskan mengenai kearifan lokal yang penting untuk dicatat. Hal tersebut berkaitan dengan kejadian tsunami dan likuifaksi yang sudah tercatat di abad ke 13 oleh orang Indonesia dalam sebuah arsip. Dengan demikian, yang perlu dilakukan adalah knowledge management, melalui manajemen etnografi, science, technology, engineering, and mathematics. Hal tersebut berkaitan dengan implicit knowledge.
“Bisa tidak? kita membangkitkan zaman keemasan nenek moyang kita yang jutaan tahun lalu sudah mengakrabi dengan dunianya. Tentu bagi orang sosiologi berfikir bagaimana etnografinya” ujar Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Si.
Turut hadir dalam acara tersebut, Deputi bidang logistik dan peralatan BNPB, Dr. lilik Kurniawan, S.T. M.Si. Beliau menyampaikan perlunya pembentukan ekosistem industri peralatan kebencanaan agar tidak bergantung pada produk luar negeri. Beliau menyampaikan bahwa ada tujuh komponen yang penting dalam membentuk ekosistem industri peralatan kebencanaan. Kegiatan ini mempertemukan antara ketujuh komponen tersebut, di antaranya pendanaan riset/rekayasa (LPDP, BRIN, KEMENDIKBUD), instansi riset/rekayasa (BRIN, perguruan tinggi), standarisasi (BSN, BRIN), industrialisasi (KEMENPERIN, BUMN, Perguruan Tinggi, mitra lainnya), Political will (BAPPENAS, KEMENKEU, Kantor Presiden), dan memfasilitasi masyarakat terutama yang tinggal di daerah bencana.
“Indonesia ada 13 ancaman bencana dan sudah kita petakan, hampir 514 kabupaten/kota, tidak ada satupun kabupaten/kota yang betul-betul bebas dari ancaman bencana, jadi kalau kita lihat pasar mestinya pasarnya ada di sana, belum lagi 34 provinsi yg sekarang akan menjadi 38 provinsi, itu adalah pasar yang cukup besar. Jadi kalau memang ada produk produk yang luar biasa ditarget dari ekosistem ini tentu akan sangat bisa membantu masyarakat kita menjadi pihak yang tidak jadi korban bencana”, kata Dr. lilik Kurniawan, S.T. M.Si., selaku perwakilan Dewan Kurator.
Ekosistem yang ingin dibangun harapannya kelak bersaing di pasar besar seperti ADEXCO (Asia Disaster Management & Civil Protection Expo) pada bulan September di Jakarta.
“Alat alat kita yang sudah teruji serta punya daya saing tinggi itu bisa kita ajak pameran di luar negeri untuk membangun ekonomi bangsa melalui ekspor peralatan kebencanaan. Kalau ini semua sudah terwujud maka cita-cita untuk membalikkan apa yang disebut Indonesia supermarket bencana menjadi laboratorium bencana itu bisa terwujud, kalau supermarket rasanya kita hanya beli beli saja, tapi kalau laboratorium bencana, setiap bencana adalah peristiwa mahal bagi kita, karena ada korban dan kerugian, itu harus membuat kita belajar, dan salah satu hasil belajar itu apa? Ada alat produksi dalam negeri yang kita buat, itu salah satu indikatornya, kalau kita bisa melakukannya, itulah sebenarnya kita sebagai bangsa yang tangguh”, pungkasnya.
Kegiatan ini dilaksanakan mengingat kebutuhan alat kebencanaan merupakan instrumen yang penting untuk upaya PRB dan diharapkan mampu menjembatani antara praktisi, akademisi, dan pemangku kepentingan untuk berbagi informasi seputar perkembangan alat kebencanaan. Kegiatan ini mendukung hasil karya anak bangsa dan menjadikannya sebagai platform dalam penanggulangan bencana. Adanya peralatan kebencanaan bisa berdampak positif dalam mengurangi risiko bencana melalui peringatan dini.
Penulis: Dimas Maula Hayat
Editor: Ratih