Potensi terjadinya gempa besar megathrust belakangan ini menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Bencana yang diperkirakan dapat mempengaruhi hampir seluruh wilayah Indonesia ini, terus mengundang kekhawatiran. Dalam acara Pojok Bulaksumur yang digelar di selasar Gedung Pusat UGM pada Kamis (22/8), dua pakar kebencanaan, Dr. Gayatri Indah Marliyani dan Galih Aries Swastanto, M.Sc. diundang untuk membahas isu penting terkait potensi gempa megathrust yang menjadi sorotan publik. Diskusi ini menarik perhatian karena topik yang diangkat menyangkut keselamatan banyak orang, terutama mengingat Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap bencana alam, termasuk gempa bumi dan tsunami. Dalam forum tersebut, keduanya memberikan pandangan komprehensif mengenai potensi ancaman, kesiapsiagaan, serta langkah-langkah mitigasi yang perlu segera diambil oleh pemerintah dan masyarakat.
Dr. Gayatri Indah Marliyani, ahli gempa dan Dosen Teknik Geologi UGM, menegaskan bahwa ancaman gempa megathrust dan tsunami selalu ada, namun masyarakat tidak perlu terlalu cemas. Dalam diskusi yang digelar di Pojok Bulaksumur, UGM, pada Kamis (22/8), Dr. Gayatri menyampaikan pentingnya mempersiapkan diri secara proaktif.
“istilah megathrust itu adalah gempa yang besar di batas zona subduksi dan berpotensi menimbulkan tsunami. Kita tidak bisa menghindari risiko bencana, jadi langkah terbaik adalah segera mempersiapkan diri. Pahami posisi dan risiko di wilayah masing-masing, jangan menunggu bencana datang untuk bertindak, tetapi selalu siap siaga,” ujar Gayatri.
Dr Gayatri menambahkan, gempa besar umumnya terjadi di zona subduksi, yaitu pertemuan antara lempeng benua dan lempeng samudra. Di sini, pergerakan lempeng yang terhenti menyebabkan akumulasi energi, yang bila dilepaskan, memicu gempa besar yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sebagai contoh, gempa megathrust terbesar yang pernah tercatat adalah gempa di Valdivia, Chile Selatan, dengan kekuatan 9,5 skala Richter. Menurut Dr. Gayatri, megathrust biasanya terjadi di lepas pantai dan dapat memicu tsunami karena mengganggu tubuh air di zona subduksi. Dampak utama dari gempa megathrust sering kali berupa tsunami yang signifikan. Namun, peralatan prediksi gempa di Indonesia belum sebaik negara seperti Jepang. Indonesia memiliki zona subduksi aktif di selatan Jawa yang memanjang dari barat Sumatra hingga selatan Lombok. Potensi megathrust di zona ini memang ada, sebagaimana terbukti dari gempa besar yang menyebabkan tsunami di Aceh dan Pangandaran. Untuk mengetahui potensi pergerakan megathrust selanjutnya, diperlukan pengamatan sejarah gempa dan data instrumentasi geologi.
Indonesia sendiri memiliki beberapa zona subduksi aktif, terutama di bagian selatan Pulau Jawa yang memanjang dari barat Sumatera, melintasi Selat Sunda hingga ke timur Pulau Jawa, dan selatan Pulau Lombok. “Daerah ini berpotensi besar mengalami megathrust, mengingat kejadian gempa besar di masa lalu, seperti gempa Aceh pada 2004 dan gempa Pangandaran pada 2006. Untuk mengukur kemungkinan gempa di masa depan, diperlukan pengamatan dan data geologi yang akurat,” jelasnya.
Sementara itu, Galih Aries Swastanto, M.Sc. selaku peneliti di Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, menekankan bahwa pemerintah harus memberikan perhatian lebih terhadap upaya mitigasi bencana megathrust. Sesuai dengan Undang-Undang Penanggulangan Bencana, tanggung jawab penanganan bencana ada di tangan pemerintah. Galih juga menegaskan perlunya penanganan yang komprehensif, baik sebelum, selama, maupun setelah bencana terjadi. Galih juga memuji sistem peringatan dini yang sudah diterapkan di Indonesia, yang mampu mendeteksi berbagai jenis bencana secara cepat dan tepat, namun masyarakat harus selalu waspada dan siap menghadapi bencana kapan saja.
“Tanggungjawab pemerintah daerah untuk pertama, mengidentifikasi risiko di wilayah masing-masing melalui kajian untuk selanjutnya menjadi policy dan dibuat suatu rencana penanggulangan bencana agar tahu bagaimana cara menyikapi,” tegas Galih.
Sebagai langkah konkret, Dr. Gayatri dan Galih menggarisbawahi pentingnya edukasi kebencanaan yang konsisten dan terus-menerus dilakukan oleh pemerintah bersama dengan para pemangku kepentingan lainnya. Edukasi ini bertujuan untuk menjaga kesiapsiagaan masyarakat tanpa menimbulkan ketakutan yang berlebihan.
Penulis: Ratih