
PSBA UGM turut hadir dan memberikan dukungan dalam kegiatan perjalanan tahun keempat program Zero Waste-Based Agrotourism for a Bio-Circular Green Economy di Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang pada Kamis (24/7). Program ini merupakan hasil kolaborasi lintas sektor antara Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (FTP UGM), Pemerintah Kabupaten Magelang, dan Yanmar Environmental Sustainability Support Association (YESSA) dari Jepang.
Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati Magelang Grengseng Pamuji, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof. Eni Harmayani, Dekan Fakultas Peternakan UGM Prof. Budi Guntoro, Kepala Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian FTP UGM Dr. Supriyadi, serta Kepala Desa Sambak Dahlan. PSBA UGM hadir sebagai bagian dari penguatan jejaring pengetahuan dalam pembangunan desa tangguh bencana berbasis lingkungan dan kearifan lokal.
Dr. Ngadisih, S.T.P., M.Sc. (Dosen FTP UGM) selaku koordinator lapangan program ini membuka acara dengan memberikan penjelasan perkembangan program di Desa Sambak, melalui menerapkan agroforestri kopi dan buah, serta memanfaatkan limbah tahu dan singkong menjadi biogas energi hijau, sekaligus mengembangkan produk berbasis limbah untuk wisata edukatif. Dalam sambutannya, Bupati Grengseng menekankan pentingnya dasar ilmiah dalam pembangunan daerah. Beliau juga menyampaikan bahwa pemerintah daerah telah mengubah nomenklatur Bappeda menjadi Baperida, dengan penekanan pada aspek riset dan inovasi pembangunan.
Dekan FTP UGM, Prof. Eni Harmayani, menyebut bahwa kolaborasi empat tahun ini merupakan upaya bersama untuk mewujudkan desa sebagai laboratorium hidup pembangunan berkelanjutan. Sejalan dengan itu, Prof. Budi Guntoro dari Fakultas Peternakan UGM menyampaikan apresiasinya atas model kolaborasi di Desa Sambak. Menurutnya, ini adalah bentuk sinergi ideal antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat yang bisa menjadi rujukan nasional. Kepala Desa Sambak, Dahlan, juga menceritakan transformasi desanya dari kawasan dengan permasalahan limbah industri tahu menjadi desa yang memanfaatkan biogas untuk kebutuhan energi warganya.
Prof. Lilik Sutiarso (Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM) menjelaskan bahwa keberhasilan Desa Sambak tidak terwujud secara individual, melainkan merupakan hasil dari sinergi kontribusi seluruh pemangku kepentingan. Beliau juga menambahkan bahwa memasuki tahun keempat, pengembangan Desa Sambak telah mendekati pemenuhan lima elemen utama climate-smart agrotourism, yaitu: sistem ekologi yang terjaga (Ecological Systems), pusat pembelajaran masyarakat (Center for Education), pengembangan pangan lokal (Local Food Development), elemen rekreasi dan edukasi (Entertainment and Recreation), serta infrastruktur pendukung (Infrastructure).
PSBA UGM memandang bahwa pendekatan seperti yang diterapkan di Desa Sambak, mengolah limbah menjadi energi, memanfaatkan potensi lokal untuk ketahanan ekonomi, serta membangun kesadaran lingkungan melalui wisata edukatif, merupakan contoh konkret praktik Ecosystem-based Disaster Risk Reduction (Eco-DRR).
“Selama ini, pendekatan mitigasi sering kali fokus pada respons pascakejadian dan pemetaan risiko. Meskipun hal itu penting, pengalaman Desa Sambak menunjukkan bahwa pembangunan yang terintegrasi dengan pendekatan lingkungan dan pengetahuan lokal bisa menjadi strategi mitigasi yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan,” ujar perwakilan PSBA UGM di sela kegiatan.
Melalui kehadirannya, PSBA UGM berharap dapat memperkaya pendekatan kebencanaan dengan perspektif lintas ilmu dan lokalitas. Kolaborasi lintas sektor seperti ini menjadi pengingat pentingnya solusi yang dibangun dari dalam komunitas itu sendiri, bukan semata dari luar sebagai intervensi. PSBA UGM terus mendorong pengembangan model mitigasi berbasis komunitas yang bersifat preventif, partisipatif, dan terintegrasi dengan proses pembangunan lokal. Desa Sambak menjadi bukti bahwa transformasi nyata dapat dimulai dari inisiatif sederhana yang dikelola secara konsisten, kolaboratif, dan kontekstual.
Penulis: Ratih Winastuti